Disorientasi Makna Jihad Dalam Komik Jihad Selfie (Analisis Semiotika Roland Barthes)
DOI:
https://doi.org/10.29240/jdk.v5i1.1609Keywords:
Disorientasi Makna Jihad, Komik Jihad SelfieAbstract
Penelitian ini mengangkat sebuah kisah nyata kehidupan seorang mahasiswa Indonesia yang kuliah Imam Katip High School di Turki, yakni Teuku Akbar Maulana. Suatu hari godaan berat muncul dan hampir mengubah jalan hidupnya. Ia nyaris bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah, mengikuti jejak temannya.Salah satu faktor ketertarikannya bergabung dengan ISIS adalah propaganda di media sosial berupa penayangan anggota ISIS memegang dan menggunakan senjata.Atas dasar itu, Teuku Akbar Maulana mempersepsikan bahwa jihad itu identik dengan senjata dan sebagainya.Oleh karena itu, penelitian ini akan mengungkapkan beberapa kesalahan Teuku Akbar dan pelajar Indonesia lainnya dalam memahami makna jihad sesungguhnya.Tujuan penelitian ini untuk mengungkap bentuk-bentuk disorientasi makna jihad yang terkandung pada komik jihad selfie. Jenis penelitian yang digunakan kualitatif, yaitu suatu metode untuk mendapatkan gambaran yang objektif terhadap variabel yang diteliti yang kesimpulannya berupa prediket. Penelitian kualitatif sering disebut penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Pendekatan yang digunakan adalah semiotika Roland Barthes.Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, dan seluruh kebudayaan sebagai tanda.[1] Sedangkan tanda didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensional sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Semiotik dapat digunakan untuk meneliti bermacam-macam teks. Teks disini adalah isi media yang tampil dalam wujud apa saja, seperti tayangan televisi, berita surat kabar, konser musik, film, iklan, fasion, fiksi, puisi, dan drama.[2]Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, dokumen, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.[3]Kemudian penulis menganalisis kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan wacana yang terdapat pada komikJihad Selfie. Analisis dalam penelitian ini adalah teks-teks yang berkaitan dengan disorientasi makna jihad yang terdapat di dalam komik Jihad Selfie. Langkah-langkah analisis yang akan dilakukan peneliti adalah mendeskripsikan data yang diperlukan dari komik Jihad Selfie. Kemudian, data yang berupa teks tersebut dibaca secara kualitatif deskriptif. Tanda yang digunakan dalam komik lalu akan diinterpretasikan sesuai dengan disorientasi makna jihad, sehingga makna novel akan dapat dipahami baik pada tataran pertama (denotatif), maupun pada tataran kedua (konotatif). Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat disorientasi makna jihad pada diri Teuku Akbar Maulana dan pelajar-pelajar Indonesia lainnya yang bergabung dengan ISIS. Beberapa bentuk penyimpangan makna jihad diantaranya sebagai berikut; (1) Jihad identik dengan senjata, (2) Dengan memegang senjata dan atribut militer lainnya akan terlihat seperti anggota TNI bahkan legih gagah dari anggotaTNI (3) Jihad bisa membawa pelakunya mengelilingi kota-kota di Timur Tengah, (4) Terdapat berbagai fasilitas yang mewah bagi para mujahid.
Downloads
References
Abdul Karim Batubara.“Distorsi Pesan dalam Perpustakaanâ€.Iqra’: Jurnal Perpustakaan dan Informasi, Vol. 9, No. 2 (2015)
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
Alex Sobur. Analisis Teks Media.Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Alfionita Rizky Perdana. Review Film Jihad Selfie, dalam https://www.academia.edu, diakses pada 13 Agustus 2019
Bambang Purwanto, Sejarawan Akademik dan Disorientasi Historiografi: Sebuah Otokritik. (Dipresentasikan pada Rapat Terbuka Majelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2004)
Disorientasi Pemikiran, 2014, dalam https://www.abualbanicentre.com, diakses 14 September 2018
Dwi Nugroho Mukti dan Salamun. “Penciptaan Karya Komik Alternatifâ€.Jurnal Pendidikan Seni Rupa, Vol. 3, No. 2, (2015)
Elis Mediawati.“Pembelajaran Akuntansi Keuangan Melalui Media Komik Untuk Meningkatkan Prestasi Mahasiswaâ€.Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 12, No. 1, (2011)
Nurul Hidayah dan Rifky Khumairo Ulva, “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komik Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV MI Nurul Hidayah Roworejo Negerikaton Pasawaranâ€.Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 4, No. 1, (2017)
Nyoman Kutha Ratna.Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta:LKiS Pelangi Aksara, 2007.
Rif’at Husnul Ma’afi.“Konsep Jihad Dalam Perspektif Islamâ€.Kalimah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 11, No. 1, (2013)
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Gangguan Semantik dalam Komunikasi, 2018, dalam https://pakarkomunikasi.com, diakses pada 18 Agustus 2019
Downloads
Published
Issue
Section
License
Authors who publish with Jurnal Dakwah dan Komunikasi agree to the following terms:- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License (CC BY-NC-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).